Jangan Lupa sertakan Sumber saat Copy Paste, Klik Tombol IKUTI di kolom Pembaca, Tinggalkan Komentar untuk Semangat Nge-Blog, kunjungin Blog Pertama KLIK DISINI
MAKALAH
RADIOLOGI LANJUT II
“ CT – SCAN ”
Di Susun Oleh:
1.
Hadiyah Widad
Pitaloka
2.
Hegar Aprilianda
Dosen
Pengampu :
Dr.
Ir. Hj. Rusmini Barozi, AIM., M.M
POLTEKKES
KEMENKES JAKARTA II
TEKNIK
ELEKTROMEDIK
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan inayah-Nya kepada kami melalui
ilmu-Nya Yang Maha Luas dan Tak Terkira sehingga kami bisa sedikit menuliskan
setetes dari lautan ilmu-Nya kedalam sebuah makalah sederhana ini. Shalawat
serta salam kami tujukan kepada suri teladan kita, Nabi Muhammad SAW beserta
seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Kami bersyukur bahwa
akhirnya kontribusi dapat diwujudkan dengan diiringi kesadaran bahwa segala
keterbatasan masih mengiringi makalah yang masih perlu untuk terus dikoreksi
ini agar dapat mencapai kesempurnaan. Dan kami ucapkan terima kasih kepada
Dosen yang membimbing matakuliah Radiologi
Lanjut II. Makalah ini dibuat tidak dengan proses yang instan namun memerlukan
proses yang cukup panjang untuk menciptakan sebuah makalah yang dapat membuat
pembaca semakin mengenal, mengerti dan memahami mengenai “ CT – SCAN”.
Akhirnya, kami berharap
makalah ini menjadi kontributif yang positif yang tidak ada hentinya. Tak henti
untuk terus dikoreksi, tak henti untuk melahirkan berbagai motivasi dan inovasi
serta tak henti untuk memberikan inspirasi kepada orang lain untuk juga
memberikan kontribusi yang jauh lebih baik dari kami. Amin.
Jakarta,
Desember 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
CT ditemukan secara
independen oleh seorang insinyur Inggris bernama Sir Godfrey Hounsfield dan Dr
Alan Cormack. Hal ini segera menjadi andalan untuk mendiagnosis penyakit medis.
Untuk pekerjaan besar ini mereka ini, Hounsfield dan Cormack bersama-sama
dianugerahi Hadiah Nobel pada tahun 1979. CT scanner pertama mulai diinstal dan dioperasikan secara
luas pada tahun 1974. Penggunaan zat-zat radioaktif merupakan bagian dari
teknologi nuklir yang relatif cepat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Hal
ini disebabkan zat-zat radioaktif mempunyai sifat-sifat yang spesifik, yang
tidak dimiliki oleh unusr-unsur lain. Dengan memanfaatkan sifat-sifat
radioaktif tersebut, maka banyak persoalan yang rumit yang dapat disederhanakan
sehingga penyelesaiannya menjadi lebih mudah.
Salah satu sifat dari radiasi nuklir yaitu mampu untuk
menembus benda padat. Sifat ini banyak
digunakan dalam teknik radiografi yaitu pemotretan bagian dalam suatu benda
dengan menggunakan radiasi nuklir seperti sinar-x, sinar gamma dan neutron.
Hasil pemotretan tersebut direkam dalam film sinar-x. Zat radioaktif
banyak digunakan dalam bidang industry dan kedokteran. Dalam bidang kedokteran,
radiografi digunakan untuk mengetahui bagian dalam dari organ tubuh seperti
tulang, paru-paru dan jantung. Dalam radiografi dengan menggunakan film
sinar-x, maka obyek yang diamati sering tertutup oleh jaringan struktur
lainnya, sehingga didapatkan pola gambar bayangan yang didominasi oleh struktur
jaringan yang tidak diinginkan. Hal ini akan membingungkan para dokter untuk
mendiagnosa organ tubuh tersebut. Untuk mengatasi hal ini maka dikembangkan
teknologi yang lebih canggih yaitu CT-Scanner (Computed Tomography Scanner)
dengan menggunakan radiasi nuklir seperti neutron, sinar gamma dan
sinar-x.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa
pengertian CT Scan ?
2. Bagaimana
sejarah perkembangan CT Scan?
3. Apa tujuan dari CT Scan ?
4. Apa sajakah bagian-bagian dari CT Scan
?
5. Bagaimana
prinsip dasar CT Scan?
6. Bagaimana
prinsip kerja CT Scan
7. Apa saja kegunaan dari CT Scan ?
8. Apa kekurangan dari CT Scan ?
9. Bagaimana
penatalaksanaan CT scan ?
1.3 TUJUAN
1. Menjelaskan tentang pengertian CT Scan
2. Mengetahui sejarah perkembangan CT Scan
3. Menjelaskan tentang tujuan dari CT Scan
4. Mengetahui
tentang bagian-bagian dari CT Scan
5. Menjelaskan tentang prinsip kerja CT Scan
6. Mengetahui
kegunaan dari CT Scan
7. Mengetahui kekurangan dari CT Scan
8. menjelaskan tentang penatalaksanaan CT scan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
DEFINISI CT – SCAN
Alat CT scan adalah
generator pembangkit sinar-x yang bila dioperasikan oleh operator akan
mengeluarkan sinar-x dalam jumlah dan waktu tertentu. CT Scan adalah suatu
prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dalam dari berbagai sudut
kecil dari organ tulang tengkorak dan otak serta dapat juga untuk seluruh
tubuh. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk memperjelas adanya dugaan yang kuat
antara suatu kelainan, yaitu :
a.
Gambaran
lesi dari tumor, hematoma dan abses.
b.
Perubahan
vaskuler : malformasi, naik turunnya vaskularisasi dan infark.
c.
Brain contusion.
d.
Brain atrofi.
e.
Hydrocephalus
f.
Inflamasi
Berat badan klien
merupakan suatu hal yang harus dipertimbangkan. Berat badan klien yang dapat
dilakukan pemeriksaan CT Scan adalah klien dengan berat badan dibawah 145 kg.
Hal ini dipertimbangkan dengan tingkat kekuatan scanner. Sebelum dilakukan
pemeriksaan CT scan pada klien, harus dilakukan test apakah klien mempunyai
kesanggupan untuk diam tanpa mengadakan perubahan selama 20-25 menit, karena
hal ini berhubungan dengan lamanya pemeriksaan yang dibutuhkan.
Harus dilakukan
pengkajian terhadap klien sebelum dilakukan pemeriksaan untuk menentukan apakah
klien bebas dari alergi iodine, sebab pada klien yang akan dilakukan
pemeriksaan CT Scan disuntik dengan zat kontras berupa iodine based kontras
material sebanyak 30 ml. Bila klien ada riwayat alergi atau dalam pemeriksaan
ditemukan adanya alergi maka pemberian zat kontras iodine harus distop
pemberiannya. Karena eliminasi zat kontras sudah harus terjadi dalam 24 jam.
Maka ginjal klien harus dalam keadaan normal. Berikut ini merupakan
istilah-istilah lain dari CT-Scan yang biasa digunakan, di antaranya :
a.
Computed / Computerized Tomography (CT)
b.
Computed Axial Tomography (CAT)
c.
Computerized Aided Tomography
d.
Computerize Transverse Axial Tomography (CTAT)
e.
Recontructive Tomography (RT)
f.
Computed Transmission Tomography (CAT)
Pada akhirnya, ditetapkan oleh "Radiology
and American Journal of Roentgenology" dengan istilah Computed
Tomography (CT)
2.2
SEJARAH PERKEMBANGAN CT – SCAN
a.
Tahun 1917, J.H. Radon melakukan
transformasi radon, gambar dari objek yang tidak diketahui dapat digambarkan
dari proyeksinya
b.
Tahun 1963, A.M. Cormack mulai mengembangkan teknik
untuk menentukan distribusi penyerapan tubuh manusia
c.
Tahun 1972, G.N. Hounsfield dan J. Ambrose
menghasilkan gambaran CT pertama kali untuk keperluan klinis
d.
Tahun 1974, 60 unit CT terpasang untuk pemeriksaan
kepala
e.
Tahun 1975, First Whole Body scanner in
clinical use. Untuk pertama kalinya CT-Scan dapat digunakan untuk
pemeriksaan seluruh tubuh
f.
Tahun 1979, Hounsfield dan Cormack dianugerahi
hadiah nobel
g.
Tahun 1989, diperkenalkannya Spiral CT
h.
Tahun 1998, diperkenalkannya Multislice CT
i.
Tahun 2000,
lebih dari 30000 clinical CT Installations
2.3 TUJUAN
Menemukan patologi otak dan medulla spinalis dengan
teknik scanning/pemeriksaan tanpa radioisotope. . Dengan demikian CT scan hampir dapat digunakan untuk
menilai semua organ dalam tubuh, bahkan di luar negeri sudah digunakan sebagai
alat skrining menggantikan foto rontgen dan ultrasonografi. Yang penting pada
pemeriksaan CT scan adalah pasien yang akan melakukan pemeriksaan bersikap
kooperatif artinya tenang dan tidak bergerak saat proses perekaman. CT scan
sebaiknya digunakan untuk :
·
Menilai
kondisi pembuluh darah misalnya pada penyakit jantung koroner, emboli paru,
aneurisma (pembesaran pembuluh darah) aorta dan berbagai kelainan pembuluh
darah lainnya.
·
Menilai
tumor atau kanker misalnya metastase (penyebaran kanker), letak kanker, dan
jenis kanker.
·
Kasus
trauma/cidera misalnya trauma kepala, trauma tulang belakang dan trauma lainnya
pada kecelakaan. Biasanya harus dilakukan bila timbul penurunan kesadaran,
muntah, pingsan ,atau timbulnya gejala gangguan saraf lainnya.
·
Menilai
organ dalam, misalnya pada stroke, gangguan organ pencernaan dll.
·
Membantu
proses biopsy jaringan atau proses drainase/pengeluaran cairan yang menumpuk di
tubuh. Disini CT scan berperan sebagai “mata” dokter untuk melihat lokasi yang
tepat untuk melakukan tindakan.
·
Alat
bantu pemeriksaan bila hasil yang dicapai dengan pemeriksaan radiologi lainnya
kurang memuaskan atau ada kondisi yang tidak memungkinkan anda melakukan
2.4 BAGIAN – BAGIAN
CT – SCAN
Secara umum CT-Scan terdiri atas
empat bagian pokok, yaitu sumber radiasi, sistem deteksi,manipulator
mekanis, dan komputer beserta penampil.
§ Sumber radiasi adalah menghasilkan radiasi,
sumber ini dapat berupa generator sinar X atau radioisotop yang menghasilkan
radiasi X.
§ Sistem deteksi ditentukan berdasarkan jenis
radiasi yang digunakan, salah satu contoh detektor yang biasa digunakan dalam
CT-Scan adalah kristal natrium iodida yang “dikotori” (itu bahasa yang tepat
menurutku) dengan talium (kristal NaI(Tl).
§ Manipulator mekanis yang digunakan berfungsi
menentukan geometris gerak pemayaran yang bergantung pada keduduan CT-Scan.
§ Komputer berfungsi mengolah dan
mengumpulkan data yang kemudian ditayangkan pada penampil sehingga diperoleh
gambar irisan tampang lintang dua dimensi atau peta distribusi internal tiga
dimensi obyek yang di mayar atau di scan. Serta satu perangkat tambahan penting
yaitu digital printer khusus untuk mencetak hasil obyek yang sudah di scan
2.5 PRINSIP DASAR
Prinsip dasar CT scan mirip dengan
perangkat radiografi yang sudah lebih umum dikenal. Kedua perangkat ini sama-sama
memanfaatkan intensitas radiasi terusan setelah melewati suatu obyek untuk
membentuk citra/gambar. Perbedaan antara keduanya adalah pada teknik yang
digunakan untuk memperoleh citra dan pada citra yang dihasilkan. Tidak seperti
citra yang dihasilkan dari teknik radiografi, informasi citra yang ditampilkan
oleh CT scan tidak tumpang tindih (overlap) sehingga dapat memperoleh citra
yang dapat diamati tidak hanya pada bidang tegak lurus berkas sinar (seperti
pada foto rontgen), citra CT scan dapat menampilkan informasi tampang lintang
obyek yang diinspeksi. Oleh karena itu, citra ini dapat memberikan sebaran
kerapatan struktur internal obyek sehingga citra yang dihasilkan oleh CT scan
lebih mudah dianalisis daripada citra yang dihasilkan oleh teknik radiografi
konvensional.
CT Scanner menggunakan penyinaran khusus
yang dihubungkan dengan komputer berdaya tinggi yang berfungsi memproses hasil
scan untuk memperoleh gambaran panampang-lintang dari badan. Pasien dibaringkan
diatas suatu meja khusus yang secara perlahan – lahan dipindahkan ke dalam
cincin CT Scan. Scanner berputar mengelilingi pasien pada saat pengambilan
sinar rontgen. Waktu yang digunakan sampai seluruh proses scanning ini selesai
berkisar dari 45 menit sampai 1 jam, tergantung pada jenis CT scan yang
digunakan (waktu ini termasuk waktu check-in nya). Proses scanning ini tidak
menimbulkan rasa sakit. Sebelum dilakukan scanning pada pasien, pasien
disarankan tidak makan atau meminum cairan tertentu selama 4 jam sebelum proses
scanning. Bagaimanapun, tergantung pada jenis prosedur, adapula prosedur
scanning yang mengharuskan pasien untuk meminum suatu material cairan kontras
yang mana digunakan untuk melakukan proses scanning khususnya untuk daerah
perut.
2.6
PRINSIP KERJA
Dengan menggunakan tabung sinar-x
sebagai sumber radiasi yang berkas sinarnya dibatasi oleh kollimator, sinar x
tersebut menembus tubuh dan diarahkan ke detektor. Intensitas sinar-x yang
diterima oleh detektor akan berubah sesuai dengan kepadatan tubuh sebagai objek,
dan detektor akan merubah berkas sinar-x yang diterima menjadi arus listrik,
dan kemudian diubah oleh integrator menjadi tegangan listrik analog. Tabung
sinar-x tersebut diputar dan sinarnya di proyeksikan dalam berbagai posisi,
besar tegangan listrik yang diterima diubah menjadi besaran digital oleh analog
to digital Converter (A/D C) yang kemudian dicatat oleh komputer. Selanjutnya
diolah dengan menggunakan Image Processor dan akhirnya dibentuk gambar yang
ditampilkan ke layar monitor TV. Gambar yang dihasilkan dapat dibuat ke dalam
film dengan Multi Imager atau Laser Imager.
Berkas radiasi yang melalui suatu materi
akan mengalami pengurangan intensitas secara eksponensial terhadap tebal bahan
yang dilaluinya. Pengurangan intensitas yang terjadi disebabkan oleh proses
interaksi radiasi-radiasi dalam bentuk hamburan dan serapan yang probabilitas
terjadinya ditentukan oleh jenis bahan dan energi radiasi yang dipancarkan.
Dalam CT scan, untuk menghasilkan citra obyek, berkas radiasi yang dihasilkan
sumber dilewatkan melalui suatu bidang obyek dari berbagai sudut. Radiasi
terusan ini dideteksi oleh detektor untuk kemudian dicatat dan dikumpulkan
sebagai data masukan yang kemudian diolah menggunakan komputer untuk
menghasilkan citra dengan suatu metode yang disebut sebagai rekonstruksi.
·
Pemrosesan data
Suatu sinar sempit (narrow beam) yang dihasilkan oleh X-ray
didadapatkan dari perubahan posisi dari tabung X-ray, hal ini juga dipengaruhi
oleh collimator dan detektor. Secara sederhana dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 4. Collimator dan Detektor
Sinar X-ray yang telah dideteksi oleh detektor kemudian dikonversi
menjadi arus listrik yang kemudian ditransmisikan ke komputer dalam bentuk
sinyal melaui proses berikut :
Gambar 5. Proses pembentukan citra
Setelah diperoleh arus
listrik dan sinyal aslinya, maka sinyal tadi dikonversi ke bentuk digital
menggunakan A/D Convertor agar sinyal digital ini dapat diolah oleh komputer
sehingga membentuk citra yang sebenarnya. Hasilnya dapat dilihat langsung pada
monitor komputer ataupun dicetak ke film. Berikut contoh citra yang diperoleh
dalam proses scanning menggunakan CT Scanner :
Gambar 6.Hasil whole body scanning
2.7
KEGUNAAN CT – SCAN
CT
atau CAT scan adalah tes x-ray khusus yang dapat memproduksi gambar penampang tubuh dengan teknik menggunakan x-ray dan
bantuan komputer. Gambar-gambar yang dihasilkan
memungkinkan seorang ahli radiologi, untuk melihat bagian dalam tubuh seperti
Anda akan melihat bagian dalam roti dengan cara mengirisnya . Jenis sinar-x
khusus, mengambil “gambar” dari potongan tubuh sehingga dokter Radiologi bisa
melihat dengan detail pada daerah tertentu. CT scan sering digunakan untuk
mengevaluasi otak, leher, tulang belakang, dada, perut, panggul, dan sinus.
1.
CT-SCAN
OTAK
Potongan axial
dari OM Line/Reids base line sampai vertex, tebal potongan : 4 – 5 mm
infratentorial, 8-10mm supratentorial atau semua rata 7mm. Lesi dimidline
sebaiknya dibuat potongan coronal sebagai tambahan. Kondisi tulang pada kasus
trauma/ suspect fraktur tulang kepala. Indikasi kontras: tumor, infeksi, kelainan vaskuler mencari
AVM, aneurysma.
2. CT-SCAN HYPOFISE
Potongan coronal 1-5mm tanpa dan dengan
bolus kontras, dilanjutkan dengan axial scan 2-5mm dari OM Line sampai
supraseller distren (2mm bila lesi kecil /mikroadenoma atau kelenjar hipofise
normal ; 5mm bila tumor besar/ makroadenoma) F.O.V kecil (160-200) mulai dari
procesus clinoideus anterior sampai dorsum sellae.
3. CT-SCAN TELINGA / os.PETROSUM
Teknik : High Resolusi CT / kondisi
tulang kasus non-tumor/trauma basis cranii: potongan axial dan
coronal 2mm sejajar dengan axis os.petrosum. mencakup seluruh tulang
os.petrosum, tanpa kontras, kondisi tulang (WW dan WL yang tinggi) kasus tumor /
infeksi (abses ) potongan axial 2-5mm mencakup seluruh os.petrosum tanpa dan
dengan kontras, kondisi tulang dan soft tissue. Potongan coronal 2-5mm sebagai
tambahan, dalam kondisi tulang dan soft tissue. Mencakup seluruh os.petrosum dan
proses abnormalnya.
4. CT-SCAN ORBITA
Tumor/ infeksi: Potongan axial 3-5mm dari dinding inferior
sampai dinding superior cavum orbita, sudut sejajar dengan N.opticus atau
menggunakan garis infraorbito meatal line, tanpa dan dengan kontras. Setelah
itu dibuat potongan coronal 3-5mm mencakup seluruh cavum orbita. Fractur orbita
: potongan coronal dan axial 2-4mm tanpa kontras, dicetak dalam kondisi soft
tissue dan tulang pada daerah fraktur. F.O.V. kecil (160-200).
5. CT-SCAN NASOPHARYNX, LIDAH
Nasopharynx: potongan axial 3-5mm, FOV 250mm, kondisi dengan
filter agak tinggi (lebih tinggi dari otak) dan pallatum sampai sinus
frontalis, sudut sejajar pallatum. Tanpa dan dengan kontras bolus, kemudian
dilanjutkan dengan potongan axial 5mm sejajar corpus vertebrae cervicalis dari
C2 s/d C6 F.O.V 200mm untuk mencari pembesaran kelenjar. Setelah itu
dibuat potongan coronal 3-5mm, tergantung besar –kecilnya kelainan dari choana
sampai cervical vertebrae sejajar dengan dinding posterior nasoprynx
F.O.V. 250mm, potongan coronal kadang perlu dibuat dalam kondisi tulang apabila
ada destruksi basis cranii. Oropharynx: sama dengan nasopharynx hanya mulainya agak
rendah, garis axial dimulai dari mandibula keatas. Lidah: pasti
harus diganjal gigi/rongga mulutnya dengan
sepotong gabus, agar pada potongan coronal lidah tidak menyatu
dengan pallatum. Teknik hamper sama dengan nasopharynx, hanya axial dan
coronalnya harus mencakup seluruh daerah lidah.
Bila tumor diduga berada di 2/3 depan
lidah lebih baik dibuat coronal dahulu tanpa dan dengan bolus kontras, baru
kemudian dibuat axialnya. Sedangkan untuk tumor dipangkal lidah,
sebaiknya dibuat axial dahulu baru cornal. Kontras
diberikan pada potongan yang diperkirakan akan memberi informasi baik.
6. CT-SCAN LARYNX / PITA SUARA
Potongan pre kontras : axial 5mm dari epiglottis sampai
cincin trachea 1-2, sejajar dengan pita suara. Potongan dengan kontras : axial
2-3mm didaerah pita suara, mulai dari batas atas sampai batas bawah lesi. Bila
ada kelenjar membesar, dibuat potngan leher 5mm post bolus kontras (delayed
scan) F.O.V. 160-200mm, tanpa dan dengan bolus kontras.
7. CT-SCAN THYROID
Potongan axial 3-5mm dari bagian atas kelenjar thyroid
samapi bagian bawah biasanya mulai setinggi C5-6 sampai thoracic inlet, tanpa
dan dengan bolus kontras, kemudian di ulang / delayed scan untuk mendapatkan
batas lesi dan tambahan informasi yang lebih baik setelah seluruh kelenjar
mengalami penyengatan merata, F.O.V. 160-200mm.
Catatan : untuk CT-Scan pita suara dan
thyroid dapat dibuatkan teknik MPR (Multiplanar Rekontruksi) untuk menghasilkan
potongan coronalnya, untuk itu harus dibuat potongan 1-2mm pada waktu bolus
kontras sepanjang daerah yang diperlukan untuk potongan coronalya.
8. CT-SCAN SINUS PARANASALIS
Teknik High Resolusi
Sinusitis: Potongan
coronal 2mm di1/2 bagian depan dan 4mm 1/2 bagian posterior, mulai dari
os.nasale sampai dengan nasopharynx, potongan axial dari dasar sinus
maxillaries sampai sinus frontalis 3-5mm, tanpa bahan kontras, kondisi soft
tissue (WW diatas 2000, WL diatas 200) F.O.V 200-250mm
Tumor sinus :
Potongan coronal 3-5mm dari dinding depan sinus sampai nasopharynx / tumor
habis tanpa dan dengan kontras, kemudian axial 3-5mm dari dasar sinus sampai
sinus frontalis / mencakup seluruh tumor, kondisi soft tissue / tulang dan
kondisi massa tumor dengan WW yang rendah.
9. CT-SCAN THORAX
(bila memungkinkan sebaiknya dipakai
teknik high resolusi). Potongan axial prekontras/ polos dari
puncak paru sampai diafragma, tebal potongan 10, index 10-15. Bolus kontras
diberikan mulai dari arkus aortae samapi hilus inferior, tebal potongan
5-8mm. Bila proses dibawah hilus potongan post kontras
diteruskan kebawah sampai mengenai seluruh proses terpotong. Kondisi dicetak
dalam 2 macam: kondisi parenkim paru dan kondisi mediastinum. Permintaan
khusus untuk parenkim paru dapat dibuat sbb: biasanya pada indikasi parenchymal
lung disease / emphysema. Axial scan tanpa kontras filter high resolusi, tebal
potongan 2mm dengan index potongan 8-10mm dari puncak paru sampai diafragma.
Tumor esophagus : pemeriksaan thorax
scan sambil minum oral kontras sampai didapatkan lumen tumor yang sempit /
batas antara esophagus yang lebar dan yang sempit sebagai batas atas
tumor.Bolus kontras diberikan pada daerah tumor mulai batas atas sampai batas
bawah, dicetak dalam kondisi mediastinum. Potongan coronal dan sagital dapat
diperoleh melalui MPR (untuk itu perlu dibuat potongan tipis 2-3mm sewaktu
dibolus).
10. CT-SCAN ABDOMEN ATAS
Potongan Axial dari diafragma sampai ginjal. Prekontras:
tebal potongan 10, index 10-15mm. Bolus kontras diberikan pada daerah yang
menjadi tujuan pemeriksaan.Organ / kelainannya yang diperiksa
besar (hepar, lien): tebal potongan 10mm, index 8-12mm. Organ / kelainannya
sedang (ginjal, lambung, usus) dipakai tebal potongan 5-8mm. Organ /
kelainannya kecil (pancreas, kandung empedu,……..) tebal potongan 2-5mm. Pada
kasus tertentu seperti tumor yang hipervaskuler/hemangioma khusus untuk hepar
dan ginjal, perlu dibuat delayed scan apbila dicurigai ada kelainan pada bolus
kontras.Pada alat spiral / helical CI, untuk hepar dan ginjal sebaiknya dipakai
program volume/spiral scan untuk mendapatkan dual phase(fase arterial dan
portal pada hepar atau fase cortex dan medulla pada ginjal), kemudian dibuat
lagi delayed scan untuk mendapatkan fase equilibrium(untuk hepar) dan fase
excresi (untuk ginjal) dimana system pelviocalycesnya terisi penuh. Untuk kasus
CA pancreas pakai kontras negatife (minum air saja).
11. CT-SCAN ABDOMEN BAWAH / PELVIC
Potongan axial dari lumbal 5 sampai buli-buli / kelenjar
prostate. Prekontras : tebal potongan 10mm. Bolus kontras didaerah yang ada
kelainan, tebal potongan tergantung besar kecilnya kelainan. Biasanya dipakai
tebal potongan 5mm. Persiapan pasien sering tidak sampai mengisi baik
rectum-sigmoid, untuk itu perlu dimasukkan kontras rectum. Khusus untuk Ca
cervix yang masih stadium II-III, dibuat potongan 3mm pada waktu bolus
kontras. Delayed scan kadang diperlukan bila: batas tumor tidak
jelas. Potongan koronal dan sagital dapat diperoleh melalui teknik MPR.
12. CT-SCAN SPINE
Potongan axial F.O.V. 160mm, tanpa
kontras atau dengan kontras intrathecal, disebut CT-Myelografi. Untuk kasus
HNP: potongan hanya didaerah ruang discus, sejajar dengan discus, tebal
potongan 2-4mm. Kondisi soft tissue dan tulang bila perlu. Untuk penilaian
canal stenosis, dapat dibuat satu potongan tepat ditengah korpus vertebrae,
tegal lurus dengan axis corpus. Untuk kasus tumor/spondylylitis/metastasis
tulang: potongan sejajar dengan corpus vertebrae didaerah yang ada kelainannya.
Kondisi soft tissue dan tulang . Bila perlu (umumnya harus) diberikan bolus
kontras terutama pada kasus abses paravertebral atau untuk melihat infiltrasi
tumor kedalam canalis vertebralis.
2.8 KEKURANGAN CT – SCAN
·
Paparan
radiasi akibat sinar X yang digunakan yaitu sekitar 4% dari radiasi sinar X
saat melakukan foto rontgen. Jadi ibu hamil wajib memberitahu kondisi
kehamilannya sebelum pemeriksaan dilakukan
·
Munculnya
artefak (gambaran yang seharusnya tidak ada tapi terekam). Hal ini biasanya
timbul karena pasien bergerak selama perekaman, pasien menggunakan tambalan
gigi amalgam atau sendi palsu dari logam, atau kondisi jaringan tubuh tertentu.
·
Reaksi
alergi pada zat kontras yang digunakan untuk membantu tampilan gambar.
2.9 PENATALAKSANAAN CT – SCAN
A. Persiapan Pasien
Pasien dan keluarga sebaiknya diberi
penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan. Pasien diberi gambaran tentang
alat yang akan digunakan. Bila perlu dengan menggunakan kaset video atau
poster, hal ini dimaksudkan untuk memberikan pengertian kepada pasien dengan
demikian menguragi stress sebelum waktu prosedur dilakukan. Test awal yang
dilakukan meliputi :
-
Kekuatan untuk diam ditempat ( dimeja
scanner ) selama 45 menit.
-
Melakukan pernapasan dengan aba – aba (
untuk keperluan bila ada permintaan untuk melakukannya ) saat dilakukan
pemeriksaan.
-
Mengikuti aturan untuk memudahkan
injeksi zat kontras.
-
Penjelasan kepada klien bahwa setelah
melakukan injeksi zat kontaras maka wajah akan nampak merah dan terasa agak
panas pada seluruh badan, dan hal ini merupakan hal yang normal dari reaksi
obat tersebut.
-
Perhatikan keadaan klinis klien apakah
pasien mengalami alergi terhadap iodine.
-
Apabila pasien merasakan adanya rasa
sakit berikan analgetik dan bila pasien merasa cemas dapat diberikan minor
tranguilizer.
-
Bersihkan rambut pasien dari jelly atau
obat-obatan. Rambut tidak boleh dikepang dan tidak boleh memakai wig.
Contoh pada kasus diabetes di
lakukan persiapan sebagai brikut :
Bagi pasien diabetes
-
Berpuasa
6 jam sebelum melakukan pemindaian. Pastikan untuk hanya minum air putih saja
dalam jumlah banyak.
-
Tidak
minum obat diabetes oral atau suntikan insulin, lebih baik bawa obat-obatan
tersebut pada saat melakukan pemindaian.
-
Konsumsi
obat diabetes oral dan suntikan insulin satu hari sebelum pemindaian dilakukan.
-
Pasien
datang di pusat pencitraan 30 menit sebelum waktu perjanjian agar bisa
dilakukan pemeriksaan gula darah.
-
Tidak
merokok pada saat hari pemindaian.
-
Bawa
serta hasil pemindaian sebelumnya seperti : PET/CT, MRI, CT, rontgen (sinar X),
ultrasound, tes darah, dan laporan biopsi. Jika tersedia, bawa serta CD atau
filmnya
-
Gunakan
pakaian yang nyaman dan tidak menggunakan perhiasan. Simpan barang berharga di
rumah.
-
Tidak
melakukan olahraga keras atau aktivitas yang melelahkan sehari sebelum waktu
pemeriksaan.
-
Siapkan
waktu selama 3 jam untuk pelaksanaan pemeriksaan di tempat tersebut. Khusus
bagi diabetesi, mereka perlu mengatur kadar gula darahnya hingga normal dan
harus tinggal lebih lama di tempat tersebut.
-
Anda
akan disuntikkan bahan radioaktif dalam jumlah kecil yang akan dimetabolisme
oleh tubuh dan beberapa tumor.
-
Reaksi
atau efek samping yang disebabkan oleh bahan radioaktif jarang terjadi, namun
dalam kondisi yang sangat jarang, efek ringan dapat terjadi. Risiko yang
dihubungkan dengan kadar radioaktivitas ini, bila ada, diyakini sangat kecil
dan hampir selalu dibenarkan oleh manfaat yang diperoleh guna mendiagnosis atas
penyakit yang mungkin terjadi.
-
Setelah
disuntik, ada periode waktu selama jam untuk bisa dilakukan pencitraan.
-
Sesi
pemindaian dapat berlangsung antara 20-30 menit. Setelah pemindaian dilakukan,
dokter akan memeriksa gambaran yang dibutuhkan. Contoh sederhananya, pemindaian
yang ditunda bisa jadi diperlukan karena pertimbangan dari dokter pengobatan
nuklir.
-
Hadir
tepat waktu. Bila Anda memelukan penjadualan ulang, Anda harus memberi tahu
klinik 48 jam sebelumnya.
Prosedur ini tidak disarankan bagi pasien yang sedang atau
kemungkinan akan hamil. Segera hubungi kami jika Anda memerlukan keterangan
lebih lanjut.
B. Prosedur
·
Posisi terlentang dengan tangan
terkendali.
·
Meja elektronik masuk ke dalam alat
scanner.
·
Dilakukan pemantauan melalui komputer dan
pengambilan gambar dari beberapa sudut yang dicurigai adanya kelainan.
·
Selama prosedur berlangsung pasien
harus diam absolut selama 20-45 menit.
·
Pengambilan gambar dilakukan dari
berbagai posisi dengan pengaturan komputer.
·
Selama prosedur berlangsung perawat
harus menemani pasien dari luar dengan memakai protektif lead approan.
·
Sesudah pengambilan gambar pasien
dirapikan.
C. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan
·
Observasi
keadaan alergiterhadap zat kontras yang disuntikan. Bila terjadi
alergi dapat diberikan deladryl 50 mg.
·
Mobilisasi secepatnya karena pasien
mungkin kelelahan selama prosedur berlangsung.
·
Ukur intake dan out put. Hal ini
merupakan tindak lanjut setelah pemberian zat kontras yang eliminasinya selama
24 jam. Oliguri merupakan gejala gangguan fungsi ginjal, memerlukan koreksi
yang cepat oleh seorang perawat dan dokter.
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
CT atau CAT scan adalah tes x-ray khusus yang dapat
memproduksi gambar penampang tubuh dengan teknik menggunakan x-ray dan bantuan
komputer. Gambar-gambar yang dihasilkan memungkinkan seorang ahli radiologi,
untuk melihat bagian dalam tubuh seperti Anda akan melihat bagian dalam roti
dengan cara mengirisnya . Jenis sinar-x khusus, mengambil “gambar” dari
potongan tubuh.
Dalam bidang kedokteran, radiografi digunakan untuk
mengetahui bagian dalam dari organ tubuh seperti tulang, paru-paru dan jantung.
Dalam radiografi dengan menggunakan film sinar-x, maka obyek yang diamati
sering tertutup oleh jaringan struktur lainnya, sehingga didapatkan pola gambar
bayangan yang didominasi oleh struktur jaringan yang tidak diinginkan. Hal ini akan membingungkan para dokter untuk mendiagnosa
organ tubuh tersebut. Untuk mengatasi hal ini maka dikembangkan teknologi yang
lebih canggih yaitu CT-Scanner (Computed Tomography Scanner) dengan
menggunakan radiasi nuklir seperti neutron, sinar gamma dan sinar-x.Sehingga dokter Radiologi bisa melihat
dengan detail pada daerah tertentu.
3.2 SARAN
Diharapkan dalam bidang kedokteran, CT-Scanner (Computed
Tomography Scanner) dengan menggunakan radiasi nuklir seperti neutron, sinar
gamma dan sinar-x untuk dapat mengetahui bagian dalam dari organ
tubuh . CT scan sering digunakan untuk mengevaluasi otak, leher, tulang
belakang, dada, perut, panggul, dan sinus. Sehingga dokter Radiologi bisa
melihat dengan detail pada daerah tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Online :
·
Wikipedia.co.id/ct-scan
·
Rezaoktavianus.blogspot.com/makalah-ct-scan/2014
No comments:
Post a Comment