Search This Blog

Thursday, 14 December 2017

MAKALAH RADIOLOGI LANJUT II : CT SCAN



Jangan Lupa sertakan Sumber saat Copy Paste, Klik Tombol IKUTI di kolom Pembaca, Tinggalkan Komentar untuk Semangat Nge-Blog, kunjungin Blog Pertama KLIK DISINI


MAKALAH RADIOLOGI LANJUT II
“ CT – SCAN

Di Susun Oleh:
1.     Hadiyah Widad Pitaloka                   
                            2.     Hegar Aprilianda        

Dosen Pengampu :
Dr. Ir. Hj. Rusmini Barozi, AIM., M.M


POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II
TEKNIK ELEKTROMEDIK
2016


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan inayah-Nya kepada kami melalui ilmu-Nya Yang Maha Luas dan Tak Terkira sehingga kami bisa sedikit menuliskan setetes dari lautan ilmu-Nya kedalam sebuah makalah sederhana ini. Shalawat serta salam kami tujukan kepada suri teladan kita, Nabi Muhammad SAW beserta seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Kami bersyukur bahwa akhirnya kontribusi dapat diwujudkan dengan diiringi kesadaran bahwa segala keterbatasan masih mengiringi makalah yang masih perlu untuk terus dikoreksi ini agar dapat mencapai kesempurnaan. Dan kami ucapkan terima kasih kepada Dosen yang membimbing matakuliah Radiologi Lanjut II. Makalah ini dibuat tidak dengan proses yang instan namun memerlukan proses yang cukup panjang untuk menciptakan sebuah makalah yang dapat membuat pembaca semakin mengenal, mengerti dan memahami mengenai “ CT – SCAN”.
Akhirnya, kami berharap makalah ini menjadi kontributif yang positif yang tidak ada hentinya. Tak henti untuk terus dikoreksi, tak henti untuk melahirkan berbagai motivasi dan inovasi serta tak henti untuk memberikan inspirasi kepada orang lain untuk juga memberikan kontribusi yang jauh lebih baik dari kami. Amin.


Jakarta, Desember 2016



Penulis




BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
CT ditemukan secara independen oleh seorang insinyur Inggris bernama Sir Godfrey Hounsfield dan Dr Alan Cormack. Hal ini segera menjadi andalan untuk mendiagnosis penyakit medis. Untuk pekerjaan besar ini mereka ini, Hounsfield dan Cormack bersama-sama dianugerahi Hadiah Nobel pada tahun 1979. CT scanner pertama mulai diinstal dan dioperasikan secara luas pada tahun 1974. Penggunaan zat-zat radioaktif merupakan bagian dari teknologi nuklir yang relatif cepat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Hal ini disebabkan zat-zat radioaktif mempunyai sifat-sifat yang spesifik, yang tidak dimiliki oleh unusr-unsur lain. Dengan memanfaatkan sifat-sifat radioaktif tersebut, maka banyak persoalan yang rumit yang dapat disederhanakan sehingga penyelesaiannya menjadi lebih mudah.
Salah satu sifat dari radiasi nuklir yaitu mampu untuk menembus benda padat. Sifat ini banyak digunakan dalam teknik radiografi yaitu pemotretan bagian dalam suatu benda dengan menggunakan radiasi nuklir seperti sinar-x, sinar gamma dan neutron. Hasil pemotretan tersebut direkam dalam film sinar-x.  Zat radioaktif banyak digunakan dalam bidang industry dan kedokteran. Dalam bidang kedokteran, radiografi digunakan untuk mengetahui bagian dalam dari organ tubuh seperti tulang, paru-paru dan jantung. Dalam radiografi dengan menggunakan film sinar-x, maka obyek yang diamati sering tertutup oleh jaringan struktur lainnya, sehingga didapatkan pola gambar bayangan yang didominasi oleh struktur jaringan yang tidak diinginkan. Hal ini akan membingungkan para dokter untuk mendiagnosa organ tubuh tersebut. Untuk mengatasi hal ini maka dikembangkan teknologi yang lebih canggih yaitu CT-Scanner (Computed Tomography Scanner) dengan menggunakan radiasi nuklir seperti neutron, sinar gamma dan sinar-x. 

1.2  RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian CT Scan ?
2.      Bagaimana sejarah perkembangan CT Scan?
3.      Apa tujuan dari CT Scan ?
4.      Apa sajakah bagian-bagian dari CT Scan ?
5.      Bagaimana prinsip dasar CT Scan?
6.      Bagaimana prinsip kerja CT Scan
7.      Apa saja kegunaan dari CT Scan ?
8.      Apa kekurangan dari CT Scan ?
9.      Bagaimana penatalaksanaan CT scan ?

1.3  TUJUAN
1.      Menjelaskan tentang  pengertian CT Scan
2.      Mengetahui sejarah perkembangan CT Scan
3.      Menjelaskan tentang tujuan dari CT Scan
4.      Mengetahui tentang bagian-bagian dari CT Scan
5.      Menjelaskan tentang prinsip kerja CT Scan
6.      Mengetahui kegunaan dari CT Scan
7.      Mengetahui kekurangan dari CT Scan
8.      menjelaskan tentang penatalaksanaan CT scan


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI CT – SCAN
Alat CT scan adalah generator pembangkit sinar-x yang bila dioperasikan oleh operator akan mengeluarkan sinar-x dalam jumlah dan waktu tertentu. CT Scan adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dalam dari berbagai sudut kecil dari organ tulang tengkorak dan otak serta dapat juga untuk seluruh tubuh. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk memperjelas adanya dugaan yang kuat antara suatu kelainan, yaitu :
a.       Gambaran lesi dari tumor, hematoma dan abses.
b.      Perubahan vaskuler : malformasi, naik turunnya vaskularisasi dan infark.
c.       Brain contusion.
d.      Brain atrofi.
e.       Hydrocephalus
f.       Inflamasi
Berat badan klien merupakan suatu hal yang harus dipertimbangkan. Berat badan klien yang dapat dilakukan pemeriksaan CT Scan adalah klien dengan berat badan dibawah 145 kg. Hal ini dipertimbangkan dengan tingkat kekuatan scanner. Sebelum dilakukan pemeriksaan CT scan pada klien, harus dilakukan test apakah klien mempunyai kesanggupan untuk diam tanpa mengadakan perubahan selama 20-25 menit, karena hal ini berhubungan dengan lamanya pemeriksaan yang dibutuhkan.
Harus dilakukan pengkajian terhadap klien sebelum dilakukan pemeriksaan untuk menentukan apakah klien bebas dari alergi iodine, sebab pada klien yang akan dilakukan pemeriksaan CT Scan disuntik dengan zat kontras berupa iodine based kontras material sebanyak 30 ml. Bila klien ada riwayat alergi atau dalam pemeriksaan ditemukan adanya alergi maka pemberian zat kontras iodine harus distop pemberiannya. Karena eliminasi zat kontras sudah harus terjadi dalam 24 jam. Maka ginjal klien harus dalam keadaan normal. Berikut ini merupakan istilah-istilah lain dari CT-Scan yang biasa digunakan, di antaranya :
a.       Computed / Computerized Tomography (CT)
b.      Computed Axial Tomography (CAT)
c.       Computerized Aided Tomography
d.      Computerize Transverse Axial Tomography (CTAT)
e.       Recontructive Tomography (RT)
f.       Computed Transmission Tomography (CAT)
Pada akhirnya, ditetapkan oleh "Radiology and American Journal of Roentgenology" dengan istilah Computed Tomography (CT)

2.2 SEJARAH PERKEMBANGAN CT – SCAN
a.       Tahun 1917, J.H. Radon melakukan transformasi radon, gambar dari objek yang tidak diketahui dapat digambarkan dari proyeksinya
b.      Tahun 1963, A.M. Cormack mulai mengembangkan teknik untuk menentukan distribusi penyerapan tubuh manusia
c.       Tahun 1972, G.N. Hounsfield dan J. Ambrose menghasilkan gambaran CT pertama kali untuk keperluan klinis
d.      Tahun 1974, 60 unit CT terpasang untuk pemeriksaan kepala
e.       Tahun 1975, First Whole Body scanner in clinical use. Untuk pertama kalinya CT-Scan dapat digunakan untuk pemeriksaan seluruh tubuh
f.       Tahun 1979, Hounsfield dan Cormack dianugerahi hadiah nobel
g.      Tahun 1989, diperkenalkannya Spiral CT
h.      Tahun 1998, diperkenalkannya Multislice CT
i.        Tahun 2000, lebih dari 30000 clinical CT Installations

2.3 TUJUAN
Menemukan patologi otak dan medulla spinalis dengan teknik scanning/pemeriksaan tanpa radioisotope. . Dengan demikian CT scan hampir dapat digunakan untuk menilai semua organ dalam tubuh, bahkan di luar negeri sudah digunakan sebagai alat skrining menggantikan foto rontgen dan ultrasonografi. Yang penting pada pemeriksaan CT scan adalah pasien yang akan melakukan pemeriksaan bersikap kooperatif artinya tenang dan tidak bergerak saat proses perekaman. CT scan sebaiknya digunakan untuk :
·         Menilai kondisi pembuluh darah misalnya pada penyakit jantung koroner, emboli paru, aneurisma (pembesaran pembuluh darah) aorta dan berbagai kelainan pembuluh darah lainnya.
·         Menilai tumor atau kanker misalnya metastase (penyebaran kanker), letak kanker, dan jenis kanker.
·         Kasus trauma/cidera misalnya trauma kepala, trauma tulang belakang dan trauma lainnya pada kecelakaan. Biasanya harus dilakukan bila timbul penurunan kesadaran, muntah, pingsan ,atau timbulnya gejala gangguan saraf lainnya.
·         Menilai organ dalam, misalnya pada stroke, gangguan organ pencernaan dll.
·         Membantu proses biopsy jaringan atau proses drainase/pengeluaran cairan yang menumpuk di tubuh. Disini CT scan berperan sebagai “mata” dokter untuk melihat lokasi yang tepat untuk melakukan tindakan.
·         Alat bantu pemeriksaan bila hasil yang dicapai dengan pemeriksaan radiologi lainnya kurang memuaskan atau ada kondisi yang tidak memungkinkan anda melakukan

2.4 BAGIAN – BAGIAN CT – SCAN
Secara umum CT-Scan terdiri atas empat bagian pokok, yaitu sumber radiasi, sistem deteksi,manipulator mekanis, dan komputer beserta penampil.
§  Sumber radiasi adalah menghasilkan radiasi, sumber ini dapat berupa generator sinar X atau radioisotop yang menghasilkan radiasi X.
§  Sistem deteksi ditentukan berdasarkan jenis radiasi yang digunakan, salah satu contoh detektor yang biasa digunakan dalam CT-Scan adalah kristal natrium iodida yang “dikotori” (itu bahasa yang tepat menurutku) dengan talium (kristal NaI(Tl).
§  Manipulator mekanis yang digunakan berfungsi menentukan geometris gerak pemayaran yang bergantung pada keduduan CT-Scan.
§  Komputer berfungsi mengolah dan mengumpulkan data yang kemudian ditayangkan pada penampil sehingga diperoleh gambar irisan tampang lintang dua dimensi atau peta distribusi internal tiga dimensi obyek yang di mayar atau di scan. Serta satu perangkat tambahan penting yaitu digital printer khusus untuk mencetak hasil obyek yang sudah di scan

2.5 PRINSIP DASAR
Prinsip dasar CT scan mirip dengan perangkat radiografi yang sudah lebih umum dikenal. Kedua perangkat ini sama-sama memanfaatkan intensitas radiasi terusan setelah melewati suatu obyek untuk membentuk citra/gambar. Perbedaan antara keduanya adalah pada teknik yang digunakan untuk memperoleh citra dan pada citra yang dihasilkan. Tidak seperti citra yang dihasilkan dari teknik radiografi, informasi citra yang ditampilkan oleh CT scan tidak tumpang tindih (overlap) sehingga dapat memperoleh citra yang dapat diamati tidak hanya pada bidang tegak lurus berkas sinar (seperti pada foto rontgen), citra CT scan dapat menampilkan informasi tampang lintang obyek yang diinspeksi. Oleh karena itu, citra ini dapat memberikan sebaran kerapatan struktur internal obyek sehingga citra yang dihasilkan oleh CT scan lebih mudah dianalisis daripada citra yang dihasilkan oleh teknik radiografi konvensional.
CT Scanner menggunakan penyinaran khusus yang dihubungkan dengan komputer berdaya tinggi yang berfungsi memproses hasil scan untuk memperoleh gambaran panampang-lintang dari badan. Pasien dibaringkan diatas suatu meja khusus yang secara perlahan – lahan dipindahkan ke dalam cincin CT Scan. Scanner berputar mengelilingi pasien pada saat pengambilan sinar rontgen. Waktu yang digunakan sampai seluruh proses scanning ini selesai berkisar dari 45 menit sampai 1 jam, tergantung pada jenis CT scan yang digunakan (waktu ini termasuk waktu check-in nya). Proses scanning ini tidak menimbulkan rasa sakit. Sebelum dilakukan scanning pada pasien, pasien disarankan tidak makan atau meminum cairan tertentu selama 4 jam sebelum proses scanning. Bagaimanapun, tergantung pada jenis prosedur, adapula prosedur scanning yang mengharuskan pasien untuk meminum suatu material cairan kontras yang mana digunakan untuk melakukan proses scanning khususnya untuk daerah perut.




2.6 PRINSIP KERJA



Dengan menggunakan tabung sinar-x sebagai sumber radiasi yang berkas sinarnya dibatasi oleh kollimator, sinar x tersebut menembus tubuh dan diarahkan ke detektor. Intensitas sinar-x yang diterima oleh detektor akan berubah sesuai dengan kepadatan tubuh sebagai objek, dan detektor akan merubah berkas sinar-x yang diterima menjadi arus listrik, dan kemudian diubah oleh integrator menjadi tegangan listrik analog. Tabung sinar-x tersebut diputar dan sinarnya di proyeksikan dalam berbagai posisi, besar tegangan listrik yang diterima diubah menjadi besaran digital oleh analog to digital Converter (A/D C) yang kemudian dicatat oleh komputer. Selanjutnya diolah dengan menggunakan Image Processor dan akhirnya dibentuk gambar yang ditampilkan ke layar monitor TV. Gambar yang dihasilkan dapat dibuat ke dalam film dengan Multi Imager atau Laser Imager.
Berkas radiasi yang melalui suatu materi akan mengalami pengurangan intensitas secara eksponensial terhadap tebal bahan yang dilaluinya. Pengurangan intensitas yang terjadi disebabkan oleh proses interaksi radiasi-radiasi dalam bentuk hamburan dan serapan yang probabilitas terjadinya ditentukan oleh jenis bahan dan energi radiasi yang dipancarkan. Dalam CT scan, untuk menghasilkan citra obyek, berkas radiasi yang dihasilkan sumber dilewatkan melalui suatu bidang obyek dari berbagai sudut. Radiasi terusan ini dideteksi oleh detektor untuk kemudian dicatat dan dikumpulkan sebagai data masukan yang kemudian diolah menggunakan komputer untuk menghasilkan citra dengan suatu metode yang disebut sebagai rekonstruksi.

·         Pemrosesan data
Suatu sinar sempit (narrow beam) yang dihasilkan oleh X-ray didadapatkan dari perubahan posisi dari tabung X-ray, hal ini juga dipengaruhi oleh collimator dan detektor. Secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut :


Gambar 4. Collimator dan Detektor

Sinar X-ray yang telah dideteksi oleh detektor kemudian dikonversi menjadi arus listrik yang kemudian ditransmisikan ke komputer dalam bentuk sinyal melaui proses berikut :


Gambar 5. Proses pembentukan citra

Setelah diperoleh arus listrik dan sinyal aslinya, maka sinyal tadi dikonversi ke bentuk digital menggunakan A/D Convertor agar sinyal digital ini dapat diolah oleh komputer sehingga membentuk citra yang sebenarnya. Hasilnya dapat dilihat langsung pada monitor komputer ataupun dicetak ke film. Berikut contoh citra yang diperoleh dalam proses scanning menggunakan CT Scanner :

Gambar 6.Hasil whole body scanning


2.7 KEGUNAAN CT – SCAN
CT atau CAT scan adalah tes x-ray khusus yang dapat memproduksi gambar penampang tubuh dengan teknik menggunakan x-ray dan bantuan komputer. Gambar-gambar yang dihasilkan memungkinkan seorang ahli radiologi, untuk melihat bagian dalam tubuh seperti Anda akan melihat bagian dalam roti dengan cara mengirisnya . Jenis sinar-x khusus, mengambil “gambar” dari potongan tubuh sehingga dokter Radiologi bisa melihat dengan detail pada daerah tertentu. CT scan sering digunakan untuk mengevaluasi otak, leher, tulang belakang, dada, perut, panggul, dan sinus.

1.      CT-SCAN OTAK
Potongan axial dari OM Line/Reids base line sampai vertex, tebal potongan : 4 – 5 mm infratentorial, 8-10mm supratentorial atau semua rata 7mm. Lesi dimidline sebaiknya dibuat potongan coronal sebagai tambahan. Kondisi tulang pada kasus trauma/ suspect fraktur tulang kepala. Indikasi kontras: tumor, infeksi, kelainan vaskuler mencari AVM, aneurysma.

2.      CT-SCAN HYPOFISE
Potongan coronal 1-5mm tanpa dan dengan bolus kontras, dilanjutkan dengan axial scan 2-5mm dari OM Line sampai supraseller distren (2mm bila lesi kecil /mikroadenoma atau kelenjar hipofise normal ; 5mm bila tumor besar/ makroadenoma) F.O.V kecil (160-200) mulai dari procesus clinoideus anterior sampai dorsum sellae.

3.      CT-SCAN TELINGA / os.PETROSUM
Teknik : High Resolusi CT / kondisi tulang kasus non-tumor/trauma basis cranii: potongan axial dan coronal 2mm sejajar dengan axis os.petrosum. mencakup seluruh tulang os.petrosum, tanpa kontras, kondisi tulang (WW dan WL yang tinggi) kasus tumor / infeksi (abses ) potongan axial 2-5mm mencakup seluruh os.petrosum tanpa dan dengan kontras, kondisi tulang dan soft tissue. Potongan coronal 2-5mm sebagai tambahan, dalam kondisi tulang dan soft tissue. Mencakup seluruh os.petrosum dan proses abnormalnya.

4.      CT-SCAN ORBITA
Tumor/ infeksi: Potongan axial 3-5mm dari dinding inferior sampai dinding superior cavum orbita, sudut sejajar dengan N.opticus atau menggunakan garis infraorbito meatal line, tanpa dan dengan kontras. Setelah itu dibuat potongan coronal 3-5mm mencakup seluruh cavum orbita. Fractur orbita : potongan coronal dan axial 2-4mm tanpa kontras, dicetak dalam kondisi soft tissue dan tulang pada daerah fraktur. F.O.V. kecil (160-200).

5.      CT-SCAN NASOPHARYNX, LIDAH
Nasopharynx: potongan axial 3-5mm, FOV 250mm, kondisi dengan filter agak tinggi (lebih tinggi dari otak) dan pallatum sampai sinus frontalis, sudut sejajar pallatum. Tanpa dan dengan kontras bolus, kemudian dilanjutkan dengan potongan axial 5mm sejajar corpus vertebrae cervicalis dari C2 s/d C6 F.O.V 200mm untuk mencari pembesaran kelenjar. Setelah itu dibuat potongan coronal 3-5mm, tergantung besar –kecilnya kelainan dari choana sampai cervical vertebrae sejajar dengan dinding posterior nasoprynx  F.O.V. 250mm, potongan coronal kadang perlu dibuat dalam kondisi tulang apabila ada destruksi basis cranii. Oropharynx: sama dengan nasopharynx hanya mulainya agak rendah, garis axial dimulai dari mandibula keatas. Lidah: pasti harus diganjal gigi/rongga mulutnya dengan sepotong gabus, agar pada potongan coronal lidah tidak menyatu dengan pallatum. Teknik hamper sama dengan nasopharynx, hanya axial dan coronalnya harus mencakup seluruh daerah lidah.
Bila tumor diduga berada di 2/3 depan lidah lebih baik dibuat coronal dahulu tanpa dan dengan bolus kontras, baru kemudian dibuat axialnya. Sedangkan untuk tumor dipangkal lidah,  sebaiknya dibuat axial dahulu baru cornal. Kontras diberikan pada potongan yang diperkirakan akan memberi informasi baik.

6.      CT-SCAN LARYNX / PITA SUARA
Potongan pre kontras : axial 5mm dari epiglottis sampai cincin trachea 1-2, sejajar dengan pita suara. Potongan dengan kontras : axial 2-3mm didaerah pita suara, mulai dari batas atas sampai batas bawah lesi. Bila ada kelenjar membesar, dibuat potngan leher 5mm post bolus kontras (delayed scan) F.O.V. 160-200mm, tanpa dan dengan bolus kontras.

7.      CT-SCAN THYROID
Potongan axial 3-5mm dari bagian atas kelenjar thyroid samapi bagian bawah biasanya mulai setinggi C5-6 sampai thoracic inlet, tanpa dan dengan bolus kontras, kemudian di ulang / delayed scan untuk mendapatkan batas lesi dan tambahan informasi yang lebih baik setelah seluruh kelenjar mengalami penyengatan merata, F.O.V. 160-200mm.
Catatan : untuk CT-Scan pita suara dan thyroid dapat dibuatkan teknik MPR (Multiplanar Rekontruksi) untuk menghasilkan potongan coronalnya, untuk itu harus dibuat potongan 1-2mm pada waktu bolus kontras sepanjang daerah yang diperlukan untuk potongan coronalya.

8.      CT-SCAN SINUS PARANASALIS
Teknik High Resolusi
Sinusitis: Potongan coronal 2mm di1/2 bagian depan dan 4mm 1/2 bagian posterior, mulai dari os.nasale sampai dengan nasopharynx, potongan axial dari dasar sinus maxillaries sampai sinus frontalis 3-5mm, tanpa bahan kontras, kondisi soft tissue (WW diatas 2000, WL diatas 200) F.O.V 200-250mm
Tumor  sinus : Potongan coronal 3-5mm dari dinding depan sinus sampai nasopharynx / tumor habis tanpa dan dengan kontras, kemudian axial 3-5mm dari dasar sinus sampai sinus frontalis / mencakup seluruh tumor, kondisi soft tissue / tulang dan kondisi massa tumor dengan WW yang rendah.

9.      CT-SCAN THORAX
(bila memungkinkan sebaiknya dipakai teknik high resolusi)Potongan axial prekontras/ polos dari puncak paru sampai diafragma, tebal potongan 10, index 10-15. Bolus kontras diberikan  mulai dari arkus aortae samapi hilus inferior, tebal potongan 5-8mm. Bila proses dibawah hilus potongan post kontras diteruskan kebawah sampai mengenai seluruh proses terpotong. Kondisi dicetak dalam 2 macam: kondisi parenkim paru dan kondisi mediastinum. Permintaan khusus untuk parenkim paru dapat dibuat sbb: biasanya pada indikasi parenchymal lung disease / emphysema. Axial scan tanpa kontras filter high resolusi, tebal potongan 2mm dengan index potongan 8-10mm dari puncak paru sampai diafragma.
Tumor esophagus : pemeriksaan thorax scan sambil minum oral kontras sampai didapatkan lumen tumor yang sempit / batas antara esophagus yang lebar dan yang sempit sebagai batas atas tumor.Bolus kontras diberikan pada daerah tumor mulai batas atas sampai batas bawah, dicetak dalam kondisi mediastinum. Potongan coronal dan sagital dapat diperoleh melalui MPR (untuk itu perlu dibuat potongan tipis 2-3mm sewaktu dibolus).

10.  CT-SCAN ABDOMEN ATAS
Potongan Axial dari diafragma sampai ginjal. Prekontras: tebal potongan 10, index 10-15mm. Bolus kontras diberikan pada daerah yang menjadi tujuan pemeriksaan.Organ / kelainannya yang diperiksa besar (hepar, lien): tebal potongan 10mm, index 8-12mm. Organ / kelainannya sedang (ginjal, lambung, usus) dipakai tebal potongan 5-8mm. Organ / kelainannya kecil (pancreas, kandung empedu,……..) tebal potongan 2-5mm. Pada kasus tertentu seperti tumor yang hipervaskuler/hemangioma khusus untuk hepar dan ginjal, perlu dibuat delayed scan apbila dicurigai ada kelainan pada bolus kontras.Pada alat spiral / helical CI, untuk hepar dan ginjal sebaiknya dipakai program volume/spiral scan untuk mendapatkan dual phase(fase arterial dan portal pada hepar atau fase cortex dan medulla pada ginjal), kemudian dibuat lagi delayed scan untuk mendapatkan fase equilibrium(untuk hepar) dan fase excresi (untuk ginjal) dimana system pelviocalycesnya terisi penuh. Untuk kasus CA pancreas pakai kontras negatife (minum air saja).

11.  CT-SCAN ABDOMEN BAWAH / PELVIC
Potongan axial dari lumbal 5 sampai buli-buli / kelenjar prostate. Prekontras : tebal potongan 10mm. Bolus kontras didaerah yang ada kelainan, tebal potongan tergantung besar kecilnya kelainan. Biasanya dipakai tebal potongan 5mm. Persiapan pasien sering tidak sampai mengisi baik rectum-sigmoid, untuk itu perlu dimasukkan kontras rectum. Khusus untuk Ca cervix yang masih stadium II-III, dibuat potongan 3mm pada waktu bolus kontras. Delayed scan kadang diperlukan bila: batas tumor tidak jelas. Potongan koronal dan sagital dapat diperoleh melalui teknik MPR.

12.  CT-SCAN SPINE
Potongan axial F.O.V. 160mm, tanpa kontras atau dengan kontras intrathecal, disebut CT-Myelografi. Untuk kasus HNP: potongan hanya didaerah ruang discus, sejajar dengan discus, tebal potongan 2-4mm. Kondisi soft tissue dan tulang bila perlu. Untuk penilaian canal stenosis, dapat dibuat satu potongan tepat ditengah korpus vertebrae, tegal lurus dengan axis corpus. Untuk kasus tumor/spondylylitis/metastasis tulang: potongan sejajar dengan corpus vertebrae didaerah yang ada kelainannya. Kondisi soft tissue dan tulang . Bila perlu (umumnya harus) diberikan bolus kontras terutama pada kasus abses paravertebral atau untuk melihat infiltrasi tumor kedalam canalis vertebralis.
     
2.8  KEKURANGAN CT – SCAN
·         Paparan radiasi akibat sinar X yang digunakan yaitu sekitar 4% dari radiasi sinar X saat melakukan foto rontgen. Jadi ibu hamil wajib memberitahu kondisi kehamilannya sebelum pemeriksaan dilakukan
·         Munculnya artefak (gambaran yang seharusnya tidak ada tapi terekam). Hal ini biasanya timbul karena pasien bergerak selama perekaman, pasien menggunakan tambalan gigi amalgam atau sendi palsu dari logam, atau kondisi jaringan tubuh tertentu.
·         Reaksi alergi pada zat kontras yang digunakan untuk membantu tampilan gambar.

2.9  PENATALAKSANAAN CT – SCAN
A.    Persiapan  Pasien
Pasien dan keluarga sebaiknya diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan. Pasien diberi gambaran tentang alat yang akan digunakan. Bila perlu dengan menggunakan kaset video atau poster, hal ini dimaksudkan untuk memberikan pengertian kepada pasien dengan demikian menguragi stress sebelum waktu prosedur dilakukan. Test awal yang dilakukan meliputi :
-          Kekuatan untuk diam ditempat ( dimeja scanner ) selama 45 menit.
-          Melakukan pernapasan dengan aba – aba ( untuk keperluan bila ada permintaan untuk melakukannya ) saat dilakukan pemeriksaan.
-          Mengikuti aturan untuk memudahkan injeksi zat kontras.
-          Penjelasan kepada klien bahwa setelah melakukan injeksi zat kontaras maka wajah akan nampak merah dan terasa agak panas pada seluruh badan, dan hal ini merupakan hal yang normal dari reaksi obat tersebut.
-          Perhatikan keadaan klinis klien apakah pasien mengalami alergi terhadap iodine.
-          Apabila pasien merasakan adanya rasa sakit berikan analgetik dan bila pasien merasa cemas dapat diberikan minor tranguilizer.
-           Bersihkan rambut pasien dari jelly atau obat-obatan. Rambut tidak boleh dikepang dan tidak boleh memakai wig.

Contoh pada kasus diabetes di lakukan persiapan sebagai brikut :
Bagi pasien diabetes
-          Berpuasa 6 jam sebelum melakukan pemindaian. Pastikan untuk hanya minum air putih saja dalam jumlah banyak.
-          Tidak minum obat diabetes oral atau suntikan insulin, lebih baik bawa obat-obatan tersebut pada saat melakukan pemindaian.
-          Konsumsi obat diabetes oral dan suntikan insulin satu hari sebelum pemindaian dilakukan.
-          Pasien datang di pusat pencitraan 30 menit sebelum waktu perjanjian agar bisa dilakukan pemeriksaan gula darah.
-          Tidak merokok pada saat hari pemindaian.
-          Bawa serta hasil pemindaian sebelumnya seperti : PET/CT, MRI, CT, rontgen (sinar X), ultrasound, tes darah, dan laporan biopsi. Jika tersedia, bawa serta CD atau filmnya
-          Gunakan pakaian yang nyaman dan tidak menggunakan perhiasan. Simpan barang berharga di rumah.
-          Tidak melakukan olahraga keras atau aktivitas yang melelahkan sehari sebelum waktu pemeriksaan.
-          Siapkan waktu selama 3 jam untuk pelaksanaan pemeriksaan di tempat tersebut. Khusus bagi diabetesi, mereka perlu mengatur kadar gula darahnya hingga normal dan harus tinggal lebih lama di tempat tersebut.
-          Anda akan disuntikkan bahan radioaktif dalam jumlah kecil yang akan dimetabolisme oleh tubuh dan beberapa tumor.
-          Reaksi atau efek samping yang disebabkan oleh bahan radioaktif jarang terjadi, namun dalam kondisi yang sangat jarang, efek ringan dapat terjadi. Risiko yang dihubungkan dengan kadar radioaktivitas ini, bila ada, diyakini sangat kecil dan hampir selalu dibenarkan oleh manfaat yang diperoleh guna mendiagnosis atas penyakit yang mungkin terjadi.
-          Setelah disuntik, ada periode waktu selama jam untuk bisa dilakukan pencitraan.
-          Sesi pemindaian dapat berlangsung antara 20-30 menit. Setelah pemindaian dilakukan, dokter akan memeriksa gambaran yang dibutuhkan. Contoh sederhananya, pemindaian yang ditunda bisa jadi diperlukan karena pertimbangan dari dokter pengobatan nuklir.
-          Hadir tepat waktu. Bila Anda memelukan penjadualan ulang, Anda harus memberi tahu klinik 48 jam sebelumnya.

Prosedur ini tidak disarankan bagi pasien yang sedang atau kemungkinan akan hamil. Segera hubungi kami jika Anda memerlukan keterangan lebih lanjut.

B.      Prosedur
·         Posisi terlentang dengan tangan terkendali.
·         Meja elektronik masuk ke dalam alat scanner.
·          Dilakukan pemantauan melalui komputer dan pengambilan gambar dari beberapa sudut yang dicurigai adanya kelainan.
·         Selama prosedur berlangsung pasien harus diam absolut selama 20-45 menit.
·         Pengambilan gambar dilakukan dari berbagai posisi dengan pengaturan komputer.
·         Selama prosedur berlangsung perawat harus menemani pasien dari luar dengan memakai protektif lead approan.
·         Sesudah pengambilan gambar pasien dirapikan.

C.      Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan
·         Observasi keadaan alergiterhadap zat kontras yang disuntikan. Bila terjadi alergi dapat diberikan deladryl 50 mg.
·         Mobilisasi secepatnya karena pasien mungkin kelelahan selama prosedur berlangsung.
·         Ukur intake dan out put. Hal ini merupakan tindak lanjut setelah pemberian zat kontras yang eliminasinya selama 24 jam. Oliguri merupakan gejala gangguan fungsi ginjal, memerlukan koreksi yang cepat oleh seorang perawat dan dokter.


BAB III
PENUTUP

3.1  KESIMPULAN
CT atau CAT scan adalah tes x-ray khusus yang dapat memproduksi gambar penampang tubuh dengan teknik menggunakan x-ray dan bantuan komputer. Gambar-gambar yang dihasilkan memungkinkan seorang ahli radiologi, untuk melihat bagian dalam tubuh seperti Anda akan melihat bagian dalam roti dengan cara mengirisnya . Jenis sinar-x khusus, mengambil “gambar” dari potongan tubuh.
Dalam bidang kedokteran, radiografi digunakan untuk mengetahui bagian dalam dari organ tubuh seperti tulang, paru-paru dan jantung. Dalam radiografi dengan menggunakan film sinar-x, maka obyek yang diamati sering tertutup oleh jaringan struktur lainnya, sehingga didapatkan pola gambar bayangan yang didominasi oleh struktur jaringan yang tidak diinginkan. Hal ini akan membingungkan para dokter untuk mendiagnosa organ tubuh tersebut. Untuk mengatasi hal ini maka dikembangkan teknologi yang lebih canggih yaitu CT-Scanner (Computed Tomography Scanner) dengan menggunakan radiasi nuklir seperti neutron, sinar gamma dan sinar-x.Sehingga dokter Radiologi bisa melihat dengan detail pada daerah tertentu.

3.2 SARAN
Diharapkan dalam bidang kedokteran, CT-Scanner (Computed Tomography Scanner) dengan menggunakan radiasi nuklir seperti neutron, sinar gamma dan sinar-x  untuk dapat  mengetahui bagian dalam dari organ tubuh . CT scan sering digunakan untuk mengevaluasi otak, leher, tulang belakang, dada, perut, panggul, dan sinus. Sehingga dokter Radiologi bisa melihat dengan detail pada daerah tertentu.


DAFTAR PUSTAKA

Online :
·        Wikipedia.co.id/ct-scan
·        Rezaoktavianus.blogspot.com/makalah-ct-scan/2014
·        Google.com/ct-scan









 

No comments:

Post a Comment