Jangan lupa sertakan sumber saat COPY PASTE, Klik tombol IKUTI di kolom PEMBACA, Tinggalkan KOMENTAR untuk semangat Nge-Blog :) dan kunjungin Blog Hiburan admin KLIK DISINI
PEMBAHASAN ALAT
ELECTROSURGERY UNIT
ESU Force FX - hwp |
1.
Spesifikasi Alat
Nama Alat : Electrosurgical Unit (ESU)
Merk : Covidien Valley
Lab
No.
Seri :
FIF 68063 AX
Ruang :
IBS OK 9
Type : Force
FX
Lebar : 35,6 cm
Panjang :
45,7 cm
Tinggi :
11,1 cm
Berat : 8,2 Kg
Kelembaban : 30 % - 75 %
Volt : 220 – 240V
Frekuensi :
50/60Hz
2.
Pengertian Alat
Salah satu alat
penunjang alat kesehatan adalah ESU (electro surgery unit), yang digunakan pada
saat tindakan pembedahan. Pada zaman dulu, pembedahan dilakukan dengan cara
biasa, yaitu dengan pisau bedah. Pembedahan konvensional ini terkadang
menyebabkan pasien banyak mengeluarkan darah. Dengan menggunakan ESU,
pendarahan yang terjadi pada saat tindakan pembedahan dapat diminimalisir,
karena pembuluh darah yang tebuka disekitar luka dapat langsung menutup.
Alat ini
memiliki prinsip kerja merusak jaringan tubuh tertentu dengan memanaskan
jaringan tersebut. Panas didapat dengan cara pemusatan arus listrik frekuensi
tinggi pada jaringan tubuh tertentu dengan menggunakan elektroda sebagai
medianya. Adapun jangkauan frekuensi yang biasa dipakai berkisar antara 500 kHz
sampai dengan 2,5 MHz.
Pengoperasian
ESU dibagi menjadi 2 (dua) mode, yaitu bipolar dan monopolar. Mode bipolar
biasa digunakan pada bedah minor untuk proses koagulasi (pembekuan). Sebuah
elektroda berbentuk pinset digunakan untuk menjepit jaringan yang tidak
diinginkan, kemudian arus listrik frekuensi tinggi mengalir dari ujung
elektroda melewati jaringan tadi kemudian menuju ujung elektroda yang lain.
Pada mode monopolar digunakan dua elektroda terpisah, yaitu elektroda aktif dan
elektroda pasif/ netral dengan permukaan yang lebih luas yang ditempatkan dekat
dengan lokasi yang akan dibedah. Arus listrik akan terpusat pada elektroda
aktif dan elektroda netral didesain untuk mendistribusikan arus listrik dengan
tujuan mencegah kerusakan jaringan. Mode monopolar lazimnya digunakan pada
bedah mayor dengan metode pemotongan/ cutting. Oleh karena itu, mode
bipolar lebih banyak digunakan untuk melakukan pembedahan minor.
Pada umumnya,
pesawat electrosurgery unit bisa menghasilkan berbagai bentuk
gelombang listrik. Perubahan dari bentuk gelombang tersebut akan menghasilkan
efek yang berbeda terhadap jaringan. Penggunaan suatu bentuk gelombang yang
kontinyu menyebabkan terjadinya penguapan atau pemotongan jaringan. Bentuk
gelombang kontinyu menyebabkan terjadinya pemanasan yang sangat cepat. Dengan
menggunakan suatu bentuk gelombang intermitten (terpotong-potong) maka akan
dihasilkan panas lebih.
Karena hal
tersebut maka pada jaringan akan terjadi pengentalan atau koagulasi. Bentuk
gelombang campuran (blend 1,2 dan 3) bukanlah pencampuran dari gelombang
kontinyu dan intermitten, melainkan modifikasi pada siklus tugas dari gelombang
utama. Dari blend 1 sampai blend 3 siklus tugasnya semakin
dikurangi. Semakin rendah siklus tugasnya maka panas yang dihasilkan juga
semakin berkurang. Pada blend 1 memiliki efek pemanasan yang
tinggi dengan efek hemostasis yang rendah. Sedangkan pada Blend 3 memiliki efek
pemanasan yang rendah dengan efek hemostasis tinggi.
Tubuh manusia
mempunyai suatu tahanan atau resistansi dari elemen-elemen di dalam tubuh yang
berbeda-beda, namun besarnya relatif sama dengan kadar air yang dikandung dari
masing-masing elemen: otot berkadar air 72%, hingga 75%, otak berkadar air
sekitar 68%, lemak 14%, semakin banyak kadar air yang dimiliki jaringan maka
semakin baik daya hantar listriknya. Apabila tahanan ini dialirkan arus
listrik, maka akan ada energi listrik yang hilang dan berubah menjadi panas.
Semakin besar arus listrik yang dihasilkan maka semakin besar pula panas yang
dihasilkan, serta makin besar juga efek perusakan pada jaringan tubuh
Electro Surgery Unit (ESU)
mempunyai prinsip kerja memusatkan arus listrik bolak balik (alternating
current) berfrekuensi tinggi ke salah satu jaringan pada tubuh pasien.
Pengaliran arus listrik frekuensi tinggi melalui jaringan biologi ini bertujuan
untuk mencapai efek bedah seperti pemotongan (cutting), penggumpalan (coagulating),
atau pengawetan melalui proses pengeringan (dessication). Meskipun
secara lengkap tidak dimengerti bagaimana bedah listrik bekerja, namun alat ini
sudah digunakan sejak tahun 1920-an untuk memotong jaringan secara efektif
dimana pada saat yang sama dapat mengontrol jumlah pendarahan. Pemotongan
dicapai dengan gelombang sinusoidal yang terus menerus, sementara koagulasi
dicapai dengan sekumpulan paket gelombang sinusoidal. Arus listrik frekuensi
tinggi yang dihasilkan oleh electrosurgery unit yang melewati tubuh
pasien memiliki tahanan yang berbeda-beda tergantung jenis jaringan yang
dilewati oleh arus tersebut. Berikut nilai tahanan pada masing-masing jaringan
ketika dilakukan pembedahan.
Tabel 3.6Nilai
Tahanan Jaringan
Aplikasi
Mode Pemotongan
|
Skala
Tahanan (Ω)
|
Jaringan Prostat
|
400 – 1700
|
Kavitas Oral
|
1000 – 2000
|
Kantong Empedu
|
1500 – 2400
|
Jaringan Kulit
|
1700 – 2500
|
Jaringan Usus Besar
|
2500 – 3000
|
Mesentery
|
3000 – 4200
|
Jaringan Lemak
|
3500 – 4500
|
Pada penggunaan
pesawat Electrosurgery Unit, dipakai arus listrik dengan frekuensi
tinggi yang berguna untuk memaksimalkan efek panas (thermal) dan meredam
terjadinya efek faradik dan efek elektrolitik, oleh karena itu dipergunakan
frekuensi diatas 300 kHz.
Arus frekuensi
tinggi yang dihasilkan oleh rangkaian ossilator akan terjadi apabila saat
tombol elektoda aktif atau foot switch ditekan, sehingga arus listrik frekuensi
tinggi akan mengalir dari elektroda aktif ke jaringan tubuh dan tersalur menuju
elektroda netral. Maksud dari penggunaan arus listrik didalam pembedahan adalah
untuk mengurangi perdarahan karena darah pada jaringan yang terpotong dapat
dengan segera membeku serta mengurangi kontaminasi bakteri.
Kerugian
penggunaan arus listrik frekuensi tinggi dalam pembedahan yaitu mengakibatkan
sel-sel yang ada disekitarnya menjadi mati, terjadinya luka bakar, sehingga
penyembuhan luka relatif lama dan dapat menimbulkan bekas luka yang menganga
dan kemungkinan terjadi ledakan dalam ruangan jika terdapat gas aesthesi yang
bersifat mudah terbakar.
Dalam penggunaan
pesawat ESU terdapat beberapa efek yang dapat mempengaruhi jaringan-jaringan
biologis pada tubuh yang diakibatkan karena frekuensi tinggi. Dampak yang
ditimbulkan dari frekuensi tinggi itu antara lain:
a.
Efek
Thermal
Efek Thermal yaitu terjadinya
panas pada jaringan tubuh yang disebabkan oleh aliran frekuensi
tinggi yang masuk ke dalam tubuh.
b.
Efek
Faradik
Efek Faradik ini dapat
timbul karena bila suatu otot pada tubuh diberikan arus dengan frekuensi
tertentu maka secara refleks otot akan bergerak akibat rangsangan yang
diterimanya. Untuk menghindari terjadinya efek faradik itu maka frekuensi yang
digunakan sekurang-kurangnya 300KHz,
c.
Efek
Elektrolitik
Efek Elektrolitik
adalah efek yang ditimbulkan karena mengalirnya arus listrik di dalam jaringan
biologis sehingga mengakibatkan terjadinya pergerakan ion-ion dalam
tubuh.
3.
Fungsi Alat
ESU berfungsi sebagai alat bedah dengan memanfaatkan arus
listrik frekwensi tinggi.Dimana arus listrik frekuensi tinggi digunakan untuk
memotong, menggumpal, mengeringkanatau jaringan berkilat.Saat pembedahan
dilakukan, sering terjadi kehilangan darah saat jaringan dan pembuluh darah
dipotong dan mengakibatkan pendarahan.Untuk menghindariatau mengurangi
kehilangan darah.
4.
Blok Diagram
Blok Diagram ESU - hwp |
·
Cara Kerja Blok Diagram :
Power
supply mendapat inputan dari jala – jala PLN, kemudian power supply akan
memberikan tegangan kesemua rangkaian, pada rangkaian osilator sebagai
pembangkit frekuensi dan akan diatur penggunaannya oleh rangkaian kontrol yang
kemudian akan masuk ke rangkaian modulator untuk dimodulasikan dan akan
dikuatkan oleh pre amp dan kemudian dikuatkan lagi oleh rangkaian power amp
yang akan menghasilkan frekuensi tinggi dan akan dikeluarkan melalui patient plate (elektroda
pasif). Sedangkan untuk arus dari supply yang masuk ke generator akan diisolasikan, sehingga
mengahasilkan frekuensi tinggi dengan pulsa yang berbeda untuk cutting, berbentuk
sinus yang terendam. Setelah itu rangkaian akan mengendalikan dalam
penggunaannya, bentuk dapat dipilih sesuai kebutuhan baik untuk cutting maupun
untuk coagulasi. Output dari generator akan dikeluarkan melalui elektroda
aktif.
1.
Bagian – Bagian Alat
a) Power
Supply
Power
Supply adalah pembangkit arus searah dimana arus bolak balik diubah menjadi
arus searah. Pada blok ini terdiri dari saklar penghubung (ON/OFF switch)
dilengkapi dengan transformator step down, serta penyearah yang menyalurkan
tegangan listrik ke rangkaian yang membutuhkan.
b) Pembangkit
Frekuensi Tinggi (HF)
Pembangkit
HF adalah bagian yang membangkitan frekuensi tinggi melalui rangkaian
Oscillator, kemudian diperkuat oleh rangkaian Amplifier. HF filter merupakan
penyaring terhadap frekuensi tinggi yang dihasilkan oscillator ke rangkaian
catu daya (power supply).
c) Interface
Interface
terdiri dari berbagai tombol dan display setting mulai dari pemilihan mode,
tingkat daya cutting monopolar 1 dan 2, tingkat daya cutting bipolar dan
tingkat daya coagulating.
d) Elektroda
1)
Elektroda aktif
Elektroda
aktif terbuat dari bahan yang bersifat konduktor dengan bentuk fisik mempunyai
permukaan yang sempit. Hal ini bertujuan agar arus listrik frekuensi tinggi
akan lebih terpusat hingga panas yang dicapai pada tubuh merupakan panas yang
maksimum. Jenis elektroda aktif yang digunakan pada proses pembedahan dibedakan
menurut fungsinya antara lain:
a) Elektroda
jarum ( Needle Electrode ) Elektroda ini sesuai dengan namanya berbentuk
jaring dengan luas permukaan yang sangat sempit, dan digunakan pada pembedahan
jaringan tubuh yang kecil.
b) Elektroda
pisau ( Knife Electrode )
c) Elektroda
lingkar pita ( Band Loop Electrode )
Elektroda
aktif yang berbentuk lingkaran yang digunakan untuk mengambil bagian yang
menonjol pada bagian kulit.
d) Elektroda
bola ( Ball Electrode )
Elektroda
aktif yang bentuknya menyerupai bola. Pada penggunaannya, elektroda bola
digunakan untuk penggumpalan darah atau coagulasi, dapat juga untuk
pembakaran jaringan kulit yang tidak dikehendaki atau fulgurasi dengan
cara memberikan cara memberikan jarak antara elektroda terhadap permukaan kulit
yang akan diterapi.
2) Elektroda pasif
Elektroda
pasif biasanya juga disebut dengan :
·
Netral Electrode
·
Dispersive Electrode
·
Indifferent Electrode
2.
Standar Operasional Prosedur Alat (SOP)
a. Lepaskan penutup debu.
b. Periksa kondisi eksternal alat.
c. Hubungkan alat dengan terminal pembumian.
d. Hubungkan alat dengan catu daya.
e. Hidupkan alat dengan menekan tombol ON/OFF ke
posisi ON.
f. Lakukan pemanasan secukupnya minimal:
5 – 15 menit.
g. Cek
fungsi-fungsi selector pemilihan cutting, coagulating, dan bipolar
h. Periksa sistem alarm.
i.
Pasang elektrode (loop
elektrode, ball electrode, atau bipolar electrode) sesuai keperluan pelayanan.
j.
Atur selektor pemilihan
(cutting, coagilating atau bipolar) sesuai keperluan.
k. Atur
intensitas output sesuai keperluan.
l.
Lakukan tindakan
pembedahan.
m. Setelah
selesai digunakan, matikan
alat dengan menekan tombol ON/OFF ke posisi OFF dan pastikan output selector keposisi minimum / nol.
n. Lepaskan
kabel elektroda (active dan neutral) serta foot switch dari alat.
o. Lepaskan hubungan alat dengan catu daya.
p. Bersihkan alat. Pastikan alat dalam kondisi
baik dan siap difungsikan pada pemakaian berikutnya.
q. Pasang penutup debu.
3.
Pemeliharaan Alat
a.
Jadwal
pemeliharaan ESU : 6 bulan sekali
a.
Alat
dan bahan yang digunakan :
1)
Multimeter
2)
Tool set
3)
Satu set cairan semprot (contact cleaner / CRC, pelumas semprot, dan cairan
pembersih semprot khusus alat elektronik)
4)
Alat pengaman ( hand scone, masker )
5)
Kain untuk membersihkan
6)
Sticker Maintenance
b.
Prosedur Pemeliharaan
1)
Berkomunikasi dengan user atau penanggung jawab ruangan sebelum melakukan
tindakan pemeliharaan.
2)
Tindakan pemeliharaan ESU dapat dilakukan sebagai berikut :
a) Cekdanbersihkanbagian – bagianalatmenggunakan kain dan cairan
pembersih semprot khusus alat elektrik.
b) Cek kabel
power dan kontak supply dengan multimeter,
kemudian bersihkan jack kabel power dengan contact cleaner ( CRC )
c) Cek tombol
On – Off dan fuse power.
d) Cek semua
accessoris.
e) Cek kondisi fisik tombol.
f) Test fungsi elektroda neutral
g) Test fungsi elektroda aktif
h) Test fungsi mode operasi CUT
i) Test fungsi mode operasi COAG
j) Tes fungsi mode operasi bipolar
3) Tempel sticker maintenance
4)
Apabila ditemukan kerusakan yang dapat ditangani di lapangan dalam proses
maintenance, selesaikan dilapangan. Apabila ditemukan kerusakan yang tidak
dapat ditangani dilapangan maka dapat dibawa keruang IPS-workshop untuk di
tindak lanjuti hingga selesai.
5)
Isi lembar checklist maintenance lalu mintalah tanda tangan user sebagai
bukti bahwa alat selesai di maintenance.
4.
Troubleshooting
Tabel
3.7Troubleshooting ESU
Kerusakan
|
Analisa
|
Tindakan
|
Unit tidak
bekerja ketika tombol power sudah pada posisi ON
|
Pastikan jika kabel power terhubung dari stop kontak
dan adaptor. Pastikan kabel terhubung ke unit
|
Periksa
keluaran kabel power
|
Ada tegangan
HF pada sensor tegangan HF
|
Kesalahan
dalam generator HF
|
Periksa
Generator HF
|
Tegangan
keluaran HF terlalu tinggi
|
Kesalahan
dalam generator
HF
|
Periksa
Generator HF
|
Modus unit
power supply pasokan tegangan tidak beralih selama aktivasi
|
Kesalahan dalam beralih modus power
supply
|
Periksa
kembali sambungan power supply
|
Kebocoran arus
LF adalah >50 mA dan mengalir ke unit melalui elektroda netral
|
Periksa posisi
pasien ,apakah ada kontak dengan infus berdiri , atau sejenisnya
|
Periksa
peralatan yang terhubung ke pasien, apakah ada yang rusak
|
Batas waktu
kontinu maksimum terlampaui
|
Batas waktu
monitor fitur keamanan umumnya hanya akan meningkat dengan indikasi yang
ketat dengan menggunakan program pengujian di set up
|
Hanya
aktifkan unit yang diperlukan
|
SUMBER :
Buku Petunjuk Penggunaan : Electrosurgery Unit Covidien ValleyLab.
Data Instruksi Kerja Penggunaan dan
Pemeliharaan Fasilitas Medik Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto
Mangunkusumo
Data Instruksi
Kerja Penggunaan dan Pemeliharaan IPS Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono
Soekardjo Purwokerto
thanks bgt min, salam (y). smoga blog makin bermanfaat dan makin lengkap
ReplyDeletesama2 gan, hehe aamiin boleh lah join jadi pembaca disini. salam IKATEMI :d :))
DeleteAssalamualaikum mau nanya min,,klo alat bisa nyala tpi ketika dipake elektroda ngga mau jalan,,,terus lampu indikator grounding yng buat pasien tidak nyala pas dicolokkin,kira2 gimana yah,esu nya merek doctanz.
ReplyDeletemakaasih banget min,info nya
ReplyDelete